Tinggalkan Pesanmu!

Posted on: Selasa, 29 Maret 2011

Kode cahaya si kunang kunang

Thomas Alfa Edison boleh dianggap sebagai ilmuwan terbesar dalam sejarah manusia. Ratusan penemuan telah ia patenkan. Salah satu yang terpenting adalah penemuan bola lampu yang menjadikan manusia mengenal penerangan dari listrik. Kini, jutaan bola lampu mungil bersama-sama menerangi kota-kota besar di seluruh dunia.
Namun, jauh sebelum Thomas Alfa Edison menyalakan lampu pertamanya, alam telah memiliki makhluk-makluk yang bercahaya. Dialah kunang-kunang, serangga kecil yang bercahaya di waktu malam.
Meski tubuhnya bercahaya, kunang-kuknang sama sekali tak merasakan panas. Bandingkan dengan nyala bola lampu. Jika kita memegang bola lampu yang sedang menyala, niscaya tangan kita seperti memegang benda yang sedang terbakar, panas. Ya, sebab sinar bola lampu berasal dari filamen yang dialiri arus listrik. Karena arus yang mengalir melebihi kekuatan filamen, maka filamen tersebut akan terbakar. Maka tak heran jijka 90 persen energi listriknya berubah menjadi panas, dan hanya 10 persen yang menjadi cahaya.
Sebaliknya, kunang-kunang sangat efektif. Kunang-kunang mampu mengeluarkan cahaya tanpa mengeluarkan panas. Artinya, kunang-kunang menggunakan 100 persen energi yang dibutuhkan untuk membuat cahaya. Inilah desain sempurna pada sistem penghasil cahaya yang dimilikinya.
Tubuh kunang-kunang mengandung zat kimia khusus bernama lusiferin, dan enzim yang disebut lusiferase. Untuk menghasilkan cahaya, dua zat kimia ini bercampur, dan percampuran ini menghasilkan energi dalam bentuk cahaya. Molekul kompleks ini telah didesain secara khusus untuk memancarkan cahaya. Penempatan setiap atom yang membentuk molekul tersebut telah ditentukan sesuai dengan tujuan ini.

Mahabbah dan Ukhuwah

     Secara bahasa kata ukhuwah berarti persaudaraan. Kata ini seakar dengan kata yang berarti memperhatikan. Ini mengisyaratkan untuk terwujud persaudaraan perlu ada perhatian antara mereka yang bersaudara. Perhatian muncul karena ada persamaan di antara mereka. Dari sini kata ukhuwah dimaknai sebagai persamaan dan keserasian dengan pihak lain, meliputi persamaan keturunan, persusuan, suku, bangsa, agama, dan profesi.

Islam menilai hidup dalam persaudaraan yang diilhami iman sebagai nikmat terbesar dan ikatan yang kokoh. Allah SWT berfirman,
"Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara." (QS 3:103).

Merajut Cinta

Entah dimana cinta itu bersembunyi, bagai sebuah keluarga, namun sapaan tak pernah menyentuh hati lalu egois, tinggi hati, merambat perlahan meracuni.

Menyatu dalam perbedaan memang tak mudah, merajut cinta dalam sebuah jama'ah kadang melelahkan jiwa. Letih, dan putus asa kadang menerpa, membuyarkan semua impian-impian indah. Padahal sungguh dahsyat, bahkan teramat dahsyat potensi yang dimiliki setiap jiwa, namun pupus saat disatukan. Orang-orang hebat, sholeh dan pintar yang mestinya menyatu dalam rajutan cinta, hanyalah seperti benang-benang kusut saat dirajut, tak ada keindahan saat mata menatap.

Berbeda...

Bukankah itu hal yang biasa? Keragaman dalam sebuah jama'ah semestinya menjadi sumber kreativitas, dengannya kita bangun samudera kebaikan. Layaknya pun sebuah bangunan, pastilah tersusun dari bahan olahan yang berbeda-beda, dan itu adalah kekuatan. Puncaknya adalah sebuah gerakan yang rapi, solid dan militan dalam sebuah jama'ah hingga mampu merubah kondisi jahiliyah menjadi penuh dengan rahmatnya Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Kunci dari semua itu adalah rajutan cinta pada setiap hati kita, dengannya jiwa-jiwa akan selalu bersama mewujudkan ukhuwah Islamiyah. Karena rajutan cinta pulalah, akan lahir manusia-manusia yang siap mengusung panji-panji dakwah dari berbagai latar belakang yang dibutuhkan untuk membangun masyarakat rabbaniyah, penuh dengan curahan ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala. Rabbani yang bukan saja sebagai ghoyah (tujuan), namun juga meliputi wijhah (arah), masdar (sumber) serta manhaj (sistem).



Dakwah

Dakwah dalam bahasa Arab berasal dari da'aa - yad'uu - da'watan yang berarti menyeru atau mengajak. Dakwah merupakan upaya untuk menyeru manusia kepada jalan Islam hingga mereka keluar dari kegelapan. ''Serulah manusia ke jalan Rabb-mu (Allah) dengan jalan hikmah (hujjah) dan nasihat yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.'' (QS An-Nahl: 125).


Sebagai seorang mukmin, tentunya tergetar hati kita ketika mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk berdakwah, ''Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lainnya. Mereka menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah dan sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.'' (QS At-Taubah: 71)

Rahasia Kasih Sayang

Seorang gadis kecil nampak tersedu karena tak memilki pakaian yang cukup bagus untuk dikenakan pada hari raya. Sementara di sekelilingnya, anak-anak lain bercanda riang dengan pakaian-pakaian mereka yang bagus. Tak berapa lama, seseorang mendekatinya dan bertanya gerangan apa yang membuatnya sedih.

“Aku tak punya pakaian bagus seperti mereka...” kata gadis itu murung.

Ketika ditanya keberadaan orangtuanya, laki-laki paruh baya yang tadi bertanya merasa terharu, karena ayah si gadis telah gugur dalam peperangan bersama Rasulullah dan kaum mukminin yang lain. Kemudian,

“Maukah kamu kalau Muhammad Rasulullah menjadi ayahmu, Aisyah menjadi ibumu dan Fatimah sebagai saudara perempuanmu?”. Segera gadis itu menyadari bahwa yang sedari tadi menyapanya tidak lain Rasulullah Saw.

Satu kata yang bisa menyimpulkan kisah diatas adalah Kasih Sayang. Kasih sayang seorang Rasul terhadap ummatnya, kasih sayang seorang ayah terhadap anak, kasih sayang mukmin terhadap mukmin lainnya. Rasulullah-lah yang kemudian dalam berbagai ajarannya menjadikan kasih sayang sebagai satu prinsip penting dan bagian utama ajaran Islam.



Lima Detik Pertama Penentu Sukses

Sukses, mungkin tidak satupun manusia di dunia ini yang tak ingin meraihnya, karena bahkan seorang yang berencana bunuh diripun tak ingin mengalami kegagalan. Maksudnya, orang akan menanggung malu teramat besar jika upaya bunuh dirinya ternyata tidak berhasil, meskipun seharusnya ia bersyukur. Mungkin terlalu ekstrim jika yang diambil contoh adalah soal bunuh diri, namun hal itu sekedar ingin memberikan gambaran bahwa untuk hal paling hina pun orang berusaha maksimal untuk merealisasikannya.

Apapun, untuk meraih sukses, kuncinya adalah rencana yang matang dan usaha yang maksimal untuk menjalankan semua yang telah terencana itu. Dalam prinsip manajemen, langkah ini biasa dikenal dengan, Rencanakan Apa Yang Hendak Dikerjakan, dan Kerjakan Apa yang Sudah Direncanakan. Artinya, jika keluar dari prinsip tersebut, bisa jadi satu keniscayaan bahwa kegagalan segera menghampiri Anda.

Kepadamu

ketika bahasa tak lagi percaya pada kata 
apakah yang masih bisa kita ucap?
: cinta

ketika wajahmu tak lagi menampakkan
kening, mata, hidung dan mulut
apakah yang masih bisa kukecup?
: doa


Akibat Riya

Riya adalah melakukan amal bukan karena mengharap ridha Allah, tapi mencari pujian dan kemasyhuran di mata manusia. Riya merupakan bentuk syirik kecil kepada Allah yang dapat merusak dan membuat ibadah serta kebaikan yang dilakukan tidak bernilai di hadapan Allah.

Sikap ini muncul karena orang kurang memahami dengan baik tujuan ibadah dan amal yang dilakukan. Dalam Islam, setiap ibadah, amal, dan aktivitas lainnya harus dilakukan demi mencari ridha Allah SWT. Firman-Nya,
''Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam'.'' (QS 6: 162).

Riya yang ditampilkan orang dalam perilaku sehari-hari berkorelasi erat dengan sifat angkuh yang dimilikinya. Riya berawal dari keinginan untuk menunjukkan bahwa ia yang paling hebat, baik, taat, dan dermawan yang merupakan bagian dari sifat angkuh. Allah berfirman,
''Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.'' (QS 8: 47).

Riya muncul akibat kurang iman kepada Allah dan hari akhirat serta ekspresi ketidakjujuran atau kedustaan menjalankan agama. Dalam melakukan ibadah dan kebaikan orang yang riya berorientasi jangka pendek: mendapat pujian manusia. Ia melakukan ibadah karena ingin dipandang sebagai orang taat dan saleh. Apabila memberi sedekah dan bantuan kepada sesama, ia ingin disebut sebagai dermawan dan memiliki kepekaan sosial. Allah menjelaskan,
''Dan orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian, barang siapa yang mengambil setan itu menjadi temannya, maka setan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.'' (QS 4: 38).

Sikap riya sangat merugikan karena kebaikan dan ketaatan yang dilakukan tidak bernilai di sisi Allah. Allah berfirman,
''Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka, perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah).'' (QS 2: 264).

Orang-orang seperti itu di akhirat kelak dicap Allah sebagai pendusta. Rasulullah SAW bersabda,
''Ada yang mengaku berjuang di jalan Allah hingga mati syaid, padahal ia berperang hanya ingin dikenal sebagai pemberani. Ada yang mengaku mempelajari ilmu pengetahuan, mengajarkan, dan membaca Alquran karena Allah, padahal ia hanya ingin dikenal sebagai orang alim dan qari'. Ada yang mengaku mendermakan harta untuk mencari ridha Allah, padahal ia hanya ingin disebut dermawan. Amalan semua orang itu ditolak Allah dan mereka dimasukkan ke dalam neraka.'' (HR Muslim). Wallahu a'lam.


No Smoking, Tidak Merokok Karena Allah

Rokok memang sesuatu yang tidak ditemukan di zaman Nabi, akan tetapi agama Islam telah menurunkan nash-nash yang universal, semua hal yang membahayakan diri, mencelakakan orang lain dan menghambur-hamburkan harta adalah hal yang haram.

Berikut ini dalil-dalil yang menunjukkan keharaman rokok :
  1. Firman Allah: "Nabi tersebut menghalalkan untuk mereka semua hal yang baik dan mengharamkan untuk mereka semua hal yang jelek." (QS. Al A'raf: 157)

    Bukankah rokok termasuk barang yang jelek, berbahaya dan berbau tidak enak?
  2. Firman Allah: "Janganlah kalian campakkan diri kalian dalam kehancuran" (QS. Al Baqarah: 195)

    Padahal rokok bisa menyebabkan orang terkena berbagai penyakit berbahaya seperti kanker dan TBC.



Siapkah Kita, Bila Maut Datang Menjemput Kita

Dapatkah kita menduga atau mengira
Bilamana ajal kita akan tiba
Di mana umur kita akan berakhirnya?

Dapatkah kita merencana atau berjanji
Bagaimana cara kematian akan kita alami
Sehingga kita siap rohani dan jasmani?

Dapatkah kita memohon jatah umur yang bagi kita tepat
Sehabis Ramadhan atau berhaji, ketika dosa diampuni tammat
Dan nyawa dicabut malaikat ketika kita dalam keadaan sehat?

Dapatkah waktunya kita majukan atau mundurkan
Ketika nafas terakhir itu dihembuskan
Dan sorotan mata kita dikosongkan?



Tiga Jalan Menuju Surga Allah SWT

Dari Abdullah bin Salam ra, Rasulullah SAW.bersabda: “Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makan (kepada orang yang membutuhkannya), dan shalatlah kalian di saat manusia tertidur dikegelapan malam, maka kalian akan masuk surga dengan selamat." (HR. Tirmidzi, Ahmad, dan Darimi)

Dalam hadits di atas, Rasulullah SAW menginformasikan kepada kita tiga jalan menuju surganya Allah SWT dengan selamat. Ketiga hal tersebut adalah :
 


1. Menyebarkan Salam
Memberikan atau mengucapkan salam merupakan salah satu syi’ar Islam dan juga sunnah Rasulullah SAW. Bahkan dalam salah satu haditsnya beliau menggambarkan bahwa salam merupakan cara paling efektif untuk menumbuhkan rasa ukhuwwah Islamiyah dan cinta sesama muslim. Dan ternyata di samping segala keutamaannya, menyebarkan salam juga dapat mengantarkan seseorang pada pintu surga yang senantiasa menjadi idaman setiap orang yang beriman. Mengucapkan salam juga dapat menghilangkan rasa