Tinggalkan Pesanmu!

Posted on: Jumat, 15 April 2011

Satu Pelajaran dari Pohon Kelapa



Sebuah pepatah dari Ranah Minangkabau berbunyi, "Alam takambang jadi guru". Ini bisa diterjemahkan bahwa alam semesta bisa berperan sebagai guru bagi kita, manusia. Dia mengajarkan kita akan banyak hal tentang bagaimana menjalani kehidupan sebagai hamba Allah. Alam semesta -salah satu wujud ayat kauniyah dari Ilahi- tidak tersurat seperti halnya ayat-ayat qouliyah yang kita baca dalam Al Quran. Pelajaran yang diberikannya tidak tertulis dalam bentuk jilid buku dan tidak pula disampaikan pada suatu komunitas belajar, tapi berupa hikmah tersirat yang diperlihatkan melalui fenomena-fenomena alam.

eramuslim - Ada satu jenis tanaman yang menjadi khas di daerah pesisir. Rasanya keelokan alam pesisir belum lengkap tanpa kehadirannya. Dia adalah pohon kelapa, Si Nyiur melambai di tepi pantai. Selain memberi keindahan, sebenarnya kelapa punya keunggulan tersendiri. Untuk mengetahui itu, mari kita kenali lebih dekat.

Ahli taksonomi mengklasifikasikan kelapa ke dalam kelas monokotil (tumbuhan biji berkeping satu) dan suku Palmae. Dengan demikian, ciri utama batang kelapa adalah tidak bercabang. Batangnya cukup kokoh dan luas penampangnya juga relatif besar. Fakta inilah yang membuat batang kelapa menjadi pilihan utama sebagai tiang rumah atau bahan konstruksi jembatan tradisional yang masih sering kita temui di pedesaan.

Sekarang kita perhatikan bagian lainnya, yaitu daun. Ketika menghadiri resepsi pernikahan, kita sering melihat hiasan yang biasa disebut janur kuning pada gerbang gedung atau rumah tempat penyelenggaraan acara. Itu dibuat dari daun kelapa. Untuk menyambut hari raya atau acara besar lainnya, tidak jarang kita menemukan ketupat sebagai salah satu hidangan. Kemasan ketupat itu pun dianyam dari daun kelapa. Selain itu, para perangkai bunga juga sering menggunakan daun kelapa untuk melengkapi kesempurnaan kreasinya.

Tunggu dulu, masih ada bagian dari daun yang sering kita gunakan, lidi. Dalam keseharian, lidi bisa dijumpai sebagai tusuk sate, sapu lidi, ataupun sebagai salah satu bahan untuk membuat prakarya.

Beralih ke buah. Siapa yang tidak pernah merasakan segarnya es kelapa muda? Bahan bakunya adalah air dan daging buah dari kelapa yang masih muda. Dengan menambahkan es, susu, sirup, biji selasih, ataupun bahan makanan lain, kita bisa menghidangkan minuman yang nikmat ini. Di samping itu, air kelapa juga bisa diproses menjadi nata de coco atau ditambahkan ke dalam adonan cabe yang sedang digoreng untuk mendapatkan sepiring dendeng balado yang lezat.

Daging buah dari kelapa yang sudah tua bisa diparut kemudian diperas untuk mendapatkan santannya. Santan ini bisa digunakan sebagai salah satu bahan baku makanan dan bisa juga diolah menjadi minyak kelapa. Ampas dari perasan parutan kelapa tadi dapat digunakan untuk membersihkan lantai semen supaya lebih mengkilap.

Masih bagian dari buah, yaitu tempurung kelapa. Bagian ini bisa digunakan untuk membuat vas bunga, jepitan rambut, dan aneka kerajinan tangan. Bisa juga diolah menjadi arang yang dipakai untuk membakar sate atau sebagai sumber panas pada setrika tradisional. Tempurung kelapa ini bahkan juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan katalis sebuah reaksi hidrogenasi pada industri petrokimia.

Masih ada lagi, sabut kelapa! Lihatlah, dengan memintalnya kita bisa memperoleh seutas tali tambang yang kuat. Untuk menyalakan perapian, kita juga bisa menggunakan sabut kelapa ini bersama pelepah daun kelapa dan kulit terluar buah kelapa.

Subhanallah! Betapa mengagumkan si kelapa ini. Setiap bagian kecil tubuhnya pun bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Uraian di atas hanyalah sedikit bukti manfaat kelapa bagi manusia, belum termasuk kegunaannya bagi hewan dan tumbuhan lain. Perjalanan waktu selanjutnya akan melahirkan bukti-bukti lain betapa bermanfaatnya makhluk Allah yang bernama kelapa ini. Dan sadarilah, ini pelajaran penting yang diberikan kelapa kepada kita, yaitu menjadi makhluk yang bermanfaat banyak bagi makhluk lain.

Teman,
Allah SWT menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (ahsani taqwim). Masing-masing kita dikaruniai keunikan yang dijadikan modal untuk bergelut di lahan yang diminati. Yang patut digarisbawahi, bagaimanakah kita menggunakan semua titipan-Nya itu selama ini?

Memang, kita mungkin tidak pernah menyia-nyiakan semua pemberian-Nya itu. Kita bahkan selalu bekerja keras untuk menggunakan semua potensi yang kita miliki itu seoptimal mungkin. Namun, seringkali kita memanfaatkannya untuk menghasilkan karya-karya yang hanya berorientasi pada diri sendiri. Tak jarang kita hanya berkutat dengan kepentingan diri sendiri dan merasa tidak perlu untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kemaslahatan orang banyak, apalagi untuk alam semesta dalam skala yang lebih besar.

Bukankah Allah SWT berfirman, "Dan tidaklah kamu diutus melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam" (QS. Al Anbiyaa [21] : 107)

Menjadi rahmat bagi semesta alam adalah peran yang diamanahkan oleh Allah kepada seluruh manusia. Dan Allah takkan memberi amanah tersebut jika kita tak mampu melaksanakannya. Masing-masing kita sebenarnya sudah dibekali-Nya modal dan potensi untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi makhluk lain. Entah itu berupa harta, tenaga, ilmu, pikiran atau yang lainnya. Dengan izin-Nya, semua itu bisa kita kelola supaya memberi manfaat sebanyak-banyaknya bagi makhluk yang lain.

Renungkanlah perkataan Sayyid Quthb ketika ia menghadapi kematiannya di tiang gantungan, "Kebahagiaan yang sesungguhnya aku rasakan adalah ketika aku merasa yakin bahwa aku telah meninggalkan sesuatu yang berharga bagi penerusku". Perkataannya bukan tiada bukti. Lihatlah, begitu banyak orang yang memperoleh manfaat banyak dari karya-karyanya, terutama Tafsir Fi Zhilalil Quran yang kerapkali dijadikan rujukan untuk mendalami Islam.

Ingatlah Asy-Syahid Yahya Ayyash, sang insinyur elektro kelahiran Rafat, Palestina. Dengan kecerdasannya, lulusan Universitas Beir Zeit ini mampu merakit bom yang susah dicari tandingannya. Bisa dikatakan bahwa ia adalah otak di balik aksi bom syahid HAMAS. Semangat jihadnya yang menggebu-gebu memberi dukungan psikologis yang besar untuk rekan-rekan seperjuangannya. Pada waktu syahidnya 5 Januari 1996 silam, Palestina menangis. Diperkirakan seperempat juta rakyat Palestina turun ke jalanan menyusun iring-iringan sepanjang 40 km untuk mengantar jenazahnya. Mereka tentu tidak akan merasa kehilangan sampai seperti itu jika sepak terjang sang insinyur tidak memberi arti yang sangat penting bagi perjuangan mereka.

Dan teladanilah Rasulullah SAW. Penduduk Makkah tidak akan melupakan solusi jeniusnya ketika meletakkan Hajar Aswad kembali pada tempatnya setelah perbaikan Ka'bah. Pertumpahan darah antar kabilah Quraisy terhindarkan. Bukan hanya itu! Gelar Al Amin juga membuat tetangga sekitarnya mempercayakan harta mereka kepada beliau untuk dijaga. Kepiawaiannya dalam memimpin tidak hanya dirasakan oleh ummat Islam, tapi juga oleh orang beragama lain yang merasa nyaman dengan kebijaksanaannya. Menjelang akhir hayatnya, beliau masih sempat berpesan pada istrinya, Aisyah ra. untuk menginfakkan uangnya yang berjumlah 7 dinar kepada fakir miskin di kalangan Muslimin. Dan sampai saat ini, segala perilakunya dijadikan contoh teladan bagi kita semua.

Saudaraku,
Hidup sebagai manusia adalah sebuah takdir. Tapi menjalani hidup yang bermanfaat bagi orang lain adalah sebuah pilihan. Bukanlah sembarang pilihan, tapi pilihan yang sangat disukai Allah. Kita-lah yang memilih apakah kita hanya akan berjibaku dengan diri sendiri atau memiliki orientasi yang diridhai-Nya, yaitu menjadi rahmat bagi semesta alam. Kita juga yang menentukan jalan penggunaan tenaga, harta benda, ilmu, pikiran, dan nikmat-nikmat lainnya sebagai sesuatu hal yang bermanfaat banyak, tidak hanya untuk diri kita, tapi juga bagi orang lain dan lingkungan sekitar. Dan tidakkah kita berkeinginan untuk masuk ke dalam golongan terbaik dari ummat Nabi Muhammad SAW?

"Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain." (HR. Bukhari dan Muslim)

Kalau kelapa saja bisa memberi manfaat banyak bagi sekitarnya, apalagi kita, makhluk yang diciptakan-Nya dengan sebaik-baik bentuk?

Allahu a'lam bish-showab,

***


Sri Susanti
Sri.Susanti@gmail.com


0 komentar:

Posting Komentar